.tombol { text-align: center; border: 1px solid gainsboro; width: 100px; margin: auto; height: 25px; line-height: 25px; } .tombol:hover { background: rgb(153, 153, 240); color: white; } - See more at: http://www.seoterpadu.com/2015/01/7-cara-mempercantik-tampilan-blog.html#sthash.yQf8MGw9.dpuf
Kesehatan adalah Hal yang Utama untuk Menikmati Hidup dan Kebersihan merupakan Saran perwujudan Hidup yang Sehat

Jumat, 25 Desember 2015

PSIKOLOGI IBU DAN ANAK


“TEORI MOTIVASI HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM HAROLD MASLOW DAN IMPIKASI DALAM KASUS KEBIDANAN”

1.     Biografi Abraham Harold Maslow
Abraham Maslow (lahir 1 April 1908 – meninggal 8 Juni 1970 pada umur 62 tahun) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.  
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku. Ia awalnya kuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.[4] Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman.[4] Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

2.     Teori Hierarki Kebutuhan Menurut Abraham Harold Maslow
Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan perlindungan; kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki; kebutuhan harga diri; serta kebutuhan aktualisasi diri. (Potter dan Perry:1997).
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.         Kebutuhan fisiologis atau dasar
2.         Kebutuhan akan rasa aman
3.         Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.         Kebutuhan untuk dihargai
5.         Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Kemudian berhenti dengan sendirinya.  Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
1.      Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.
2.      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan psikologis.
a.       Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan lain lain.
b.      Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang yang masuk sekolah pertama karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan lain lain.
3.      Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi serta menerima kasih sayang, kehangatan dan persahabatan; mendapat tempat dalam keluarga serta kelompok sosial; dan lain lain.
4.      Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain, terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
Kebutuhan kebutuhan tersebut dapat digambarkan sebagai suatu piramida sebagai berikut.


3.     Ciri Kebutuhan Dasar pada Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, semua orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhanya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhanya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkanya.

4.     Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Manusia.
Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut.
1.      Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih besar dari biasanya.
2.      Hubungan keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain lain.
3.      Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4.      Tahap perkembangan.
a.       Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan.
b.      Berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda pada setiap tahap perkembangan.
c.       Setiap tahap tersebut memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

5.     Implikasi Teori Motivasi Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Kasus Kebidanan.
Ny. LK 21 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 8-9 minggu datang ke puskesmas untuk mengkonsultasikan kehamilanya dengan keluhan merasa cemas dan khawatir terhadap kehamilanya karena ini adalah kehamilan pertamanya serta keluhan lain yaitu Morning Sickness  dan nafsu makan menurun.
Berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow bidan harus memberikan dukungan emosional berupa motivasi seperti : “ini adalah kehamilan pertama bagi ibu dan perasaan cemas dan khawatir itu memang wajar bagi seorang wanita yang baru pertama kali hamil, sebaiknya ibu tidak terlalu mencemaskan dan mengkhawatirkan kehamilan ibu selama tidak ada masalah dalam kehamilan ini karena rasa cemas dan khawatir yang berlebihan akan berdampak pada janin”. Serta motivasi kebutuhan psikologis untuk mengatasi Morning Sickness dan penurunan nafsu makan seperti :
1. Menganjurkan ibu untuk makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau  porsi besar karena akan membuat semakin merasa mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
2.       Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll.
3.       Menganjurkan ibu untuk di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau biscuit didekat tempat tidur dan coba nyamil sebelum bergegas bangun.
4.       Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual.
5.       Menganjurkan ibu untuk minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
6.       Menganjurkan ibu untuk minum ramuan tradisional seperti weddang jahe.
7.       Menganjurkan ibu untuk istirahat dan relaksasi karena akan sangat membantu mengatasi rasa mual dan muntah.
Dengan memberikan konseling yang berisi motivasi tentang ketidaknyamanan terhadap yang dirasakan akan sangat membantu ibu hamil dalam menjalani kehamilanya hingga proses persalinanya. Oleh karena itu setiap bidan harus dapat menguasai dan memberikan asuhan kebidanan baik fisiologis maupun psikologis pada ibu hamil disetiap trimester.

Sumber : Uliyah, Musrifatul dan Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. “Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan”. Jakarta : Salemba Medika.

Sabtu, 05 Desember 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERSALINAN


TUGAS MK ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERSALINAN 











DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
 KELAS 2A D IV KEBIDANAN REGULER
1.          Cesilya A. Lihawa
2.          Deysy Irene Pieters
3.          Lisna Kadir
4.          Noer Wahyuni Hasan
5.          Yolanda Hasan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2015 – 2016



BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan tujuan kelima untuk meningkatkan kesehatan ibu.Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang keempat adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
Tingginya Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diIndonesia disebabkan oleh adanyaperdarahan, eklamsia, aborsi tidak aman(unsafe abortion), partus lama dan infeksi(Sadli, 2010). Partus lama disebabkan olehlima macam faktor (kelainan 5P) yaitu:power (kekuatan yang mendorong janinkeluar), passenger (kelainan janin itusendiri), passage (kelainan ukuran maupunbentuk panggul/jalan lahir), psikologis ibubersalin dan penolong persalinan(Martaadisoebrata dkk, 2013). Keseimbangan faktor 5P dapat membantu menciptakan persalinan normal yangberjalan lancar. Gangguan pada faktor P dapat menyebabkan ibu mengalami kesulitan persalinan (Bobak, 2004).
Oleh karena itu fokus asuhan kebidanan pada ibu bersalin yaitu mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan agar ibu dan bayi selamat. Dalam hal ini bidan berperan penting dalam proses persalinan agar dapat mengurangi rasa kesakitan yang ibu rasakan.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Apakah definisi dari persalinan?
2.         Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan?

1.3    Tujuan
Tujuan penulisan:
1.         Untuk mengetahui definisi dari persalinan.
2.         Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan.

1.4    Manfaat
1.         Bagi penyusun
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan.
2.         Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi perpustakaan yang berguna untuk menambah wawasan mahasiswa kebidanan.
3.         Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi ibuataupunmasyarakattentangfaktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan.

a.          
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atautanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan: passage (jalan lahir), power (kekuatan), passanger (janin), psikis (psikologis).

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
A.       Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005). Kala I pada ibu bersalin membutuhkan waktu 7–13 jam. Jika melebihi waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I memanjang jika tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan partus lama.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis sistem pernapasan yang erat kaitannya dengan faktor power. Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan ibu mengejan, passage: jalan lahir dan passanger: janin dan plasenta, dari ketiga komponen tersebut hanya faktor power yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Manuaba, 2010).
Kekuatan his atau kontraksi otot rahim pada akhir kala I atau kala II mempunyai amplitudo 60 mmHg dengan interval 2–3 menit durasi 60-90 detik. Kekuatan his dan meneran mendorong janin kearah bawah menimbulkan peregangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam dan penurunan kepala, menekan serviks dimana terdapat pleksus frankenhauser sehingga menimbulkan efek meneran. Kedua kekuatan menyebabkan kepala crowning dan penipisan jalan lahir sehingga lahirlah kepala.
Menurut Linda (2002), kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat penting dalam proses persalinan. His dapat dipengaruhi oleh:
1)    Faktor usia relatif tua
2)    Pimpinan persalinan
3)    Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4)    Rasa takut dan cemas
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
·           Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istliah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.
·           Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.

B.       Passage (Jalan Lahir)
Faktor passage atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.
1.        Jalan Lahir Lunak
Jalan lahir lunak terdiri dari serviks, vagina, dan otot rahim
a.    Serviks
Serviks akan makin matang mendekati waktu persalinan. Selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang serta lunak; dan pada saat mendekati persalinan, serviks masih lunak dengan konsistensi seperti puding, mengalami sedikit penipisan (effacement), dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya. Adanya peningkatan intensitas Braxton Hicks mengakibatkan perubahan serviks yang terjadi. Kematangan serviks memiliki periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Hal ini mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan. Serviks pada ibu primigravida umumnya akan mengalami penipisan sebesar 50-60% dan membuka selebar ujung jari sampai 1 cm sebelum mencapai persalinan. Pembukaan ini terjadi akibat kontraksi Braxton Hicks sebelum proses persalinan dimulai. Peristiwa awal pembukaan dan penipisan inilah yang merupakan ciri-ciri dari kematangan serviks.
b.    Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam persalinan normal.
c.    Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari tiga lapis, yang berasal dari kedua tanduk rahim, yaitu longitudinal (memanjang), melingkar, dan miring. Segera setelah persalinan, susunan otot rahim tersebut sedemikian rupa akan mengondisikan pembuluh darah menutup untuk menghindari terjadinya perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim membuka secara pasif, kontraksi dominan yang terjadi pada bagian fundus (bagian atas rahim) pada kala 1 persalinan juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan lahir sehingga ikut aktif dalam membuka mulut rahim.
Bila terdapat keadaan panggul dan janin yang normal serta kerjasama antara tiga kekuatan his dan mengejan, passenger dan passage, hal ini berarti telah terdapat keserasian untuk melahirkan janin secara spontan (dengan kekuatan sendiri).
2.        Jalan Lahir Keras
Panggul merupakan salah satu jalan lahir keras yang memiliki fungsi lebih dominan daripada jalan lahir lunak. Oleh karena itu, janin harus berhasil menyesuaikan diri terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
a.    Tulang-Tulang Panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os coxae, os sacrum, dan os coccygis.
1)        Os Coxae (Tulang Innominata)
Terdiri atas dua buah tulang, yaitu kiri dan kanan. Os coxae merupakan fusi dari os ilium, os ischium, dan os pubis.
·      Os Ilium, ciri-ciri:
-       Tulang terbesar dari panggul, membentuk bagian atas dan belakang panggul
-       Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista iliaca
-       Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol: spina iliaca anterior superior dan spina iliaca posterior superior.
-       Terdapat tonjolan memanjang di bagian dalam tulang usus (os ilium) yang membagu pelvis mayor dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis)
-       Linea terminalis merupakan bagian dari PAP
·      Os Ischium, ciri-ciri:
-       Terdapat di bagian bawah tulang usus.
-       Bagian pinggir belakangnya menonjol, disebut spina ischiadica
-       Bagian pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk disebut tuber ischiadicum
·      Os Pubis, ciri-ciri:
-       Terdapat di sebelah bawah dan depan tulang usus
-       Antara tulang kemaluan dan tulang duduk dibatasi oleh foramen obturatum
-       Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus dinamakan ramus superior ossis pubis.
2)        Os Sacrum
Os sacrum berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang ini terletak diantara kedua tulang pangkal paha yang memiliki karakteristik:
·      Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat
·      Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan maupun kiri
·      Di kanan dan kiri, pada garis tengah terdapat lubang yang akan dilalui oleh saraf foramina sacralia anterior
·      Tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang ruas kelima
·      Bagian tulang kelangkang paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan disebut promontorium
·      Ke samping, tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui articulatio sacroiliaca
·      Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging (os coccygis)
3)        Os Coccygis
·      Os coccygis berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah dan bersatu
·      Pada saat persalinan, tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga memperluas jalan lahir.
b.    Ukuran Panggul
Ukuran-ukuran panggul dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengukuran secara klinis, pemeriksaan dengan Rontgen dan pelvis, serta pemeriksaan ultrasonografi.
c.    Ciri Khas Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari empat bidang yaitu pintu atas  panggul, bidang terluas panggul, bidang tersempit panggul, dan pintu bawah panggul.
1)        Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul berbentuk seperti bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh:
·      Promontorium
·      Sayap os sacrum
·      Linea terminalis kanan dan kiri
·      Ramus superior os pubis kanan dan kiri
·      Pinggir atas simpisis pubis
Pada pintu atas panggul terdapat tiga ukuran penting yaitu:
·      Conjugata vera: panjang sekitar 11 cm, pengukurannya tidak bisa secara langsung. Pengukurannya diperhitungkan melalui pengukuran conjugata diagonalis (CD). Conjugata vera (CV)= CD-1,5 cm. Conjugata obstetrika: ukuran antara promontorium dengan tonjolan simpisis  pubis
·      Ukuran melintang: jarak antara kedua linea terminalis (12,5 cm)
·      Ukuran oblik: jarak antara articulatio menuju tuberculum pubicum yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita yang masih hidup.
2)        Bidan Terluas Panggul
Ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
3)        Bidang Tersempit Panggul
Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan ukuran melintang 10 cm.
4)        Pintu Bawah Panggul
Terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama, yaitu:
·      Segitiga depan dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi arcus pubis.
·      Segitiga belakang dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum kanan dan kiri.
Beberapa ukuran pintu bawah panggul yang penting adalah:
·      Ukuran muka belakang dari tepi bawah simpisis menuju ujung tulang belakang 11,5 cm
·      Ukuran melintang adalah jarak tuber ischiadicum kanan dan kiri sebesar 10,5 cm
·      Diameter sagitalis posterior dari ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang sebesar 7,5 cm.
d.   Bentuk Panggul
1)        Panggul Ginekoid
Panggul ginekoid adalah jenis yang paling banyak. Dilihat dari bidang pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/elips. Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul hanya sedikit lebih panjang dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh daerah inlet merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin. Arkus pubis lebar dan memungkinkan penempatan dua jari yang berdampingan tepat di bawah simpisis. Dinding samping sejajar. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang pintu bawah panggul.
2)        Panggul Android
Panggul android atau “mirip laki-laki” lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Suatu panggul android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit dengan ujung sacrum menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Bila dilihat dari suatu titik di atas panggul, bidang pintu atas panggul tampak seperti bentuk jantung. Konfigurasi segmen anterior dan posterior ini membatasi volume panggul yang terpakai. Tulang-tulang dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas.
3)        Panggul Antropoid
Panggul antropoid memiliki suatu bentuk oval yang jelas pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang adalah antero-posterior. Oleh karena itu segmen posterior panjang dan sempit. “Engagement” harus terjadi dengan sumbu panjang kepala janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas panggul.
4)        Panggul Platipeloid
Suatu panggul platipeloid berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut. Jenis panggul ini paling jarang dijumpai dari jumlahnya kurang dari 3% diantara pasien-pasien. Konfigurasi panggul platipeloid pada pintu atas panggul lebih menyolok dimana menunjukkan pemendekka yang mencolok dari diameter antero-posterior, sebaliknya diameter transversalnya lebar. Dalam pemeriksaan ditemukan suatu konjugata yang pendek, segmen posterior yang luas dan bila dilihat dari atas tampak mendatar dan elips/lonjong.
e.    Bidang Hodge
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.
Bidang Hodge I     :    bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
Bidang Hodge II   :    bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis
Bidang Hodge III  :    bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri. Pada referensi lain, bidang hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm, disebut (-1) atau sebaliknya.
Bidang Hodge IV  :    bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, III, terletak setinggi os coccygis.
C.       Passenger (Penumpang)
1.        Janin
Janin merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar dan posisinya. Bagian janin yang paling penting adalah kepala karena mempunyai ukuran yang paling besar, sebesar 90% bayi di Indonesia dilahirkan dengan letak kepala.
a.    Postur janin dalam rahim
Istilah-istilah yang dipakai untuk menentukan kedudukan dalam rahim adalah sebagai berikut :
1)        Sikap (attitude atau habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Bagian-bagian janin seperti kepala, tulang punggung, dan kaki, umumnya berada dalam sikap fleksi, serta lengan bersilang dada. Hal ini disebabkan oleh pola pertumbuhan janin dan penyesuaian janin terhadap bentuk rongga.
Sikap janin yang fisiologi adalah badan janin dalam keadaan kifosis sehingga punggung menjadi konveks, kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat dada, lengan bersilang di depan dada, tali pusat terletak diantara ekstremitas dan tungkai terlipat pada lipat paha, serta lutut yang rapat pada badan. Sikap fisiologi ini akan menghasilkan sikap fleksi, tetapi jika dagu menjauhi dada hingga kepala menengadah dan tulang puggung berada dalam posisi lordosis, akan menghasilkan sikap defleksi.
2)        Letak (Lie atau situs)
Bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu sering dikatakan sebagai letak janin, misalnya letak lintang yaitu dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu; letak ini dapat berupa letak kepala/letak sungsang. Frekuensi situs memanjang adalah 99,6% (96% letak kepala; 3,6% letak bokong) dan 0,4% letak lintang/miring. Letak janin dipengaruhi oleh struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu. Letak janin dibagi menjadi tiga, yaitu :
a)    Letak membujur (longitudinal)
·      Letak kepala: letak fleksi dan letak defleksi (letak puncak kepala, dahi, dan muka).
·      Letak sungsang/ letak bokong: letak bokong sempurna (complete breech), letak bokong (frank breech), dan letak bokong tidak sempurna (incomplete breech).
b)   Letak lintang (transverse lie)
c)    Letak miring (oblique lie)
·      Letak kepala mengolak
·      Letak bokong mengolak
3)        Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk di bagian bawah rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi atau pemeriksaan dalam. Jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi kepala, maka pada umumnya bagian yang menjadi presentasi adalah oksiput. Sementara itu, jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi bokong, maka yang menjadi presentasi adalah sakrum; sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi adalah skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut adalah letak janin dan sikap janin (kepala janin fleksi atau ekstensi).
b.    Posisi janin
Untuk menetapkan bagian janin yang berada dibagian bawah, indikator yang dapat digunakan adalah posisi janin. Posisi janin dapat berada pada sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Sebagai contoh, letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, dan UUK kanan belakang.
Saat melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin didapatkan dengan menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu, sedangkan pada pemeriksaan dalam, posisi janin didapatkan dengan menentukan salah satu bagian janin yang terhadap jalan lahir, bagian yang terendah tersebut dinamakan penunjuk. Penunjuk tersebut dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau kanan dari ibu.
Pada bagian terendah tersebut terdapat UUK untuk presentasi belakang kepala, UUB untuk presentasi puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk dahi, dagu untuk presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan akromiom skapula untuk presentasi bahu (letak lintang).
c.    Kelainan-kelainan janin
1)        Kelainan bentuk
a)    Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan bentuk yang terjadi pada kepala janin yang disebabkan adanya penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar, serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
b)   Pertumbuhan janin yang berlebihan (Makrosemia).
Kelainan bentuk berupa makrosemia, yaitu bila berat badannya melebihi dari 4000 gram.
c)    Janin kembar melekat (Double Monster).
Janin kembar melekat adalah keadaan perlekatan antara dua janin pada kehamilan kembar.
2)        Kelainan presentasi
a)    Presentasi muka
Presentasi muka merupakan merupakan salah satu kelainan presentasi dimana kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggungdan muka terarah kebawah (kaudal) terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat di belakang.
b)   Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah presentasi dimana kedudukan kepala janin berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya, presentasi dahi ini merupakan kedudukan janin yang bersifat sementara, sebagian besar presentasi tersebut akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
c)    Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan fleksi. Pada umumnya, presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang nantinya akan berubah menjadi presentasi belakang kepala.
3)        Kelainan letak
a)    Letak dahi
Letak dahi merupakan salah satu kelainan letak janin dimana letak kepala janin berada dalam defleksi yang sedang, sehingga dahi menjadi bagian yang terendah. Pada umumnya, kelainan letak ini bersifat sementara dan seiring dengan majunya persalinan, akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b)   Letak sungsang
Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai bagian yanf terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ± 3% dari kehamilan.Letak sungsang dapat dibagi menjadi :
·      Letak bokong murni (presentasi bokong murni = frank breech). Bokong saja yang menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
·      Letak bokong kaki (preesntasi bokong kaki = complete breech). Letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau kaki saja.
·      Letak lutut (presentasi lutut). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
·      Letak kaki (presentasi kaki = incomplete breech prensentation). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
c)    Letak lintang
Kelainan letak ini adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian terenda, yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jiak punggung janin terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang disebut dorsoposterior.
d)   Letak majemuk
Letak majemuk adalah letak dimana samping bagian terendah teraba anggota badan. Letak yang tidak termasuk letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada letak bahu atau adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang. Pada letak kepala dapat terjadi tangan, lengan atau kai yang menumbung.
4)        Kelainan posisi
a)    Posisi oksipitalis posterior persisten.
Pada janin letak kepala, umumnya ubun-ubun kecil akan memutar kedepan dengan sendirinya dan janin dapat lahir secara spontan. Akan tetapi, terkadang ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, namun tetap berada dibelakang. Untuk menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil terdapat dibelakang, penolong harus sabar karena rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi saat berada didasar panggul.
2.        Plasenta
a.    Peran plasenta dalam kehamilan
Plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia sejati pada saat kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya, mengadakan sekresi endokrin, serta pertukarab selektif substasi yang dapat larut dan terbawa darah melalui lapisan rahim dan bagia tropoblast yang mengandung pembuluh-pembuluh darah, termasuk makanan untuk janin. Dengan demikian, plasenta dapat disebut sebagai organ penting bagi janin karena kelangsungan hidup dari janin bergantung pada plasenta.
b.    Struktur plasenta
1)        Bentuk dan ukuran
Pada umumnya plasenta berbentuk bundar atau oval yang memilki diameter 15-20 cm, dan berat 500-600 gram. Sementara itu, tali pusat yang menghubungkan plasenta memiliki panjang 25-60 cm. bentuk plasenta akan sempurna pada minggu ke-16, dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis telah menjadi satu, serta ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
2)        Letak plasenta dalam rahim
Letak plasenta berada didepan atau belakang dinding uterus, agak keatas kearah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologi karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diperhatikan lebih lanjut, dapat ditemukan bahwa plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar bagian janin, yaitu villi chorialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
3)        Pembagian plasenta
a)    Bagian janin (fetal portion), terdiri atas korion frondosum dan villi.
b)   Bagian maternal (maternal portion), terdiri atas desidua kompakta yang berasal dari beberapa lobus dan kotiledon sebanyak 15-20 buah. Bagian desidua basalis plasenta yang telah matang disebut sebagai lempeng korionik atau basal, dimana melalui tali pusat, sirkulasi uteroplasenta akan berjalan keruang-ruang  intervili.
c)    Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin. Panjang rata-rata tali pusat tersebut adalah 50-55 cm dan diameter sebesar jari (1-2,5 cm).
4)        Fungsi plasenta
5)        Plasenta sebagai tempat pertukaran zat
a)    Pertukaran zat pasif
·      Filtrasi : plasenta bekerja sebagai membran semipremeabel.
·      Difusi : molekul-moleku kecil melalui membran plasenta.
·      Diapedese : seperti eritrosit.
b)   Transpor aktif
·      Diatur oleh enzim
Beberapa zat dalam darah janin (seperti asam amino, fosfat anorganik, vitamin-vitamin) memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang ada dalam darah ibu, tetpai zat-zat tersebut tetap dapat mengalir kedalam darah janin.
·      Pinocytose
Molekul-molekul yang besar, seperti proyein, dikelilingi oleh penonjolan atau pencekungan dari sitoplasma.
6)        Plasenta penghasil hormon
7)        Plasenta penghasil enzim
a)    Alkalin fosfatase
b)   Oksitosin
c)    Protein spesifik kehamilan.
8)        Plasenta sebagai barier
9)        Proses lepasnya plasenta dalam persalinan
§  Tanda-tanda lepasnya plasenta
a)    Perubahan tinggi fundus
b)   Tali pusat memanjang
c)    Semburan darah yang mendadak dan singkat.
§  Penyebab terlepasnya plasenta
a)    Ketika bayi dilahirkan, ukuran rahim akan mengecilsecara tiba-tiba sehingga tempat perlekatan plasenta juga akan mengecil. Proses pelepasan plasenta terjadi dalam startum spongiosum yang memiliki banyak lubang. Jadi, faktor yang penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan intensitas kontraksi otot-otot rahimsetelah anak lahir.
b)   Pada tempat plasenta lepas akan terjadi perdarahan antara plasenta dan desisua besar. Hematom yang dihasilkan ini membesar dan seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
§  Cara pengeluaran plasenta
a)    Secara schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta. Pada bagian ini terjadi hematoma retroplancentair yang kemudian akan mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasentayang tampak dalam vulva ialah permukaan fetal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang berputar balik.
Pada pelepasan plasenta secara schultze, tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau minimal terlepas seluruhnya. Setelah plasenta terlepas seluruh atau lahir, barulah darah sekonyong-konyong akan mengalir.
b)   Secara Duncan
Pelepasan dimulai pada pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim. Jadi, perdarahan yang terjadi sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas.
Plasenta dikeluarkan secara manual jika terjadi hal-hal seperti perdarahan lebih dari 400-500 cc, terjadi retensio plasenta, bersamaan dengan tindakan yang disertai pembiusan, dan terdapat anamnesis perdarahan terus-menerus. Apabila sebagian plasenta tertinggal, dapat menyebabkan puerperium yang berkepanjangan, bahaya infeksi, terjadi polip plasenta. Dan degenerasi ganas menjadi koriokarsinoma.
10)    Kelainan plasenta dan asuhan kebidanan
1)   Plasenta previa
Plasenta previa adalah suatu letak plasenta yang menutupi atau berada sangat dekat dengan ostium uteri internum. Plasenta previa dibagi menjadi empat, yaitu :
a)    Plasenta previa totalis : plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b)   Plasenta previa parsialis : plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
c)    Plasenta previa marginalis : bagian tepi plasenta terletak dipinggir ostium uteri internum.
d)   Plasenta letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
2)   Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum waktunya, yaitu sebelum janin dilahirkan. Definidi ini berlaku pada kehamilan dengan gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
3)   Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
3.        Air ketuban
Liquor amnii yang sering juga disebut sebagai air ketuban merupakan cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin 9amnion dan korion).
a.    Ciri-ciri air ketuban
1)        Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
2)        Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis.
3)        Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008.
4)        Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam-garam organik.
5)        Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.
6)        Asal air ketuban
Beberapa perkiraan mengenai asal dari air ketuban, yaitu :
·      Urin janin (fetal urine).
·      Transudasi dari darah ibu.
·      Sekresi dari epitel amniom.
·      Asal campuran (mixed origin).
7)        Cara mengenali air ketuban
·      Menggunakan lakmus.
·      Secara makroskopis, air ketuban memiliki karakteristik :
-       Bau amis : adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa.
-       Bercampur mekoneum.
·      Secara mikroskopis, pada air ketuban dapat ditemukan lanugo dan rambut.
·      Laboratorium : kadar urea (ureum) rendah dibandingkan dengan urin.
8)        Fungsi air ketuban
·      Mencegah perlekatan janin dengan amnion.
·      Agar janin dapat bergerak bebas.
·      Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
·      Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK janin.
·      Meratakan tekanan intra-uteri dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
·      Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
9)        Waktu yang tepat untuk memecahkan ketuban
·      Memecahkan selaput ketuban menjelang pembukaan lengkap
·      Memecahkan ketuban saat pembukaan kecil
10)    Penilaian air ketuban
·      Jumlah air ketuban
Jumlah air ketuban sedikit (oligohidramnion) sering terjadi pada saat kehamilan serotinus. Kontraksi otot rahim akan menekan sirkulasi plasenta dan menimbulkan distres janin.
·      Warna air ketuban
Air ketuban yang normal berwarna jernih, terdapat ferniks kaseosa. Air ketuban yang berwarna kuning, keruh, sampai berwarna hijau meninjukkan janin pernah mengalami distres janin.
·      Konsistensi air ketuban
Air ketuban yang kental terdapat pada kehamilan oligohidramnion atau serotinus. Keadaan air ketuban yang kental akan sulit dibersihkan dan mengganggu saluran pernapasan.
D.       Psikologis Ibu
1.        Perubahan Psikologis Ibu Bersalin
Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak bergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi wanita yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia (yang disadari) dan biologisnya yang tidak dipengaruhi oleh proses psikis. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan ibu bersangkutan mudah lelah, badan tidak nyaman, tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam bernapas, dan beban jasmania lainnya saat menjalani proses kehamilan.
Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikolgis diantaranya:
a.    Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir
b.    Kesakitan saat kontraksi dan nyeri
c.    Ketakutan saat melihat darah
Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan pembukaan yang kurang lancar. Menurut pitchard, dkk., perasaan akut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang dialami ibu berlebihan, maka akn berujung pada stress.
Beberapa hal yang dapat memengaruhi psikolgi ibu meliputi :
a.    Melibatkan psikologi ibu, emosi, dan persiapan intelektual
b.    Pengalaman bayi sebelumnya
c.    Kebiasaan adat
d.   Hubungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
Sikap negatif yang mungkin muncul pada ibu menjelang proses persalinan adalah sebagai berikut :
a.    Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b.    Persalinan sebagai ancaman terhadap self-image
c.    Medikasi persalinan
d.   Nyeri persalinan dan kelahiran.
Oleh karena banyak sekali perubahan yang dialami ibu bersalin, maka penolong persalinan seperti bidan dituntut untuk melakukan asuhan sayang ibu. Pada asuhan sayang ibu, penolong persalinan harus memberikan dukungan psikologis dengan cara meyakinkan ibu bahwa persalinan merupakanproses yang normal, dan yakinkan bahwa ibu dapat melaluinya. Penolong persalinan dapat mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa ibu mendapat perhatian lebih dari diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi oleh suami dan keluarga.
2.        Pengaruh Psikologis Terhadap Proses Persalinan
          Perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot seviksnya dan akan mengganggu pembukannya. Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah.
          Pada fase persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin meningkatnya kecemasan akan makin meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara cama dan nyeri, serta sebalinya merupakan hubungan yang berkorelasi positif yang menurut Caceres dan Burns (1997) mempunyai pola hubungan seperti spiral yang ujungya membesar. Dengan makin majunya proses persalinan, perasaan ibu hamil akan makin cemas dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, ddemikian pula sebaliknya.
          Sensasi nyeri yang dialami ibu bersalin berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot rahim berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim keluar. Menurut Grantly Dick Reed(1933) seseorang pelopor metode natural Childbirth (persalinan alamiah), penyabab nyeri persalinan adalah suatu fear-tension pain syndrome, yaitu sensasi yang timbul akibat kontraksi otot rahim bagian bawah,, yang dipersepsi ibu bersalin sebagai nyeri. Menurut beliau persalinan itu sendiri sebenarnya tidak mengandung komponen yang menimbulkan nyeri seperti pada trauma, permulukaan jaringan, dan adnaya serabut sensori pembawa sensasi nyeri. Jadi, menurut beliau, nyeri yang timbul disebabkan oleh ketegangan mental akibat rasa takut. Perasaan nyaman dan tenang ibu pada masa persalinan dapat diperoleh dari dukungan suami,keluarga, penolong persalinan, dan lingkungan. Persaan ini dapat membantu ibu untuk mempermudah prses persalinan.
3.        Bimbingan dan Persiapan Mental Ibu dalam Persalinan
Pada proses bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan melahirkan, terdapat beberapa hal yang perlu diingat, yaitu sebagai berikut:
a.    Bahwa ibu akan menghadapi persalinan, terutama ibu yang baru pertama kali akan melahirkan akan sering mengalami perasaan tidak tenang, takut, dan ragu-ragu akan persalinan yang dihadapinya.
b.    Bahwa kehamilan dan persalinan dirasakan sebagai cobaan atau ujian, walaupun  ibu bersedia menerima dan mnegaharapkan kehadiran anaknya.
c.    Bahwa ibu akan lebih gelisah, cemas saat menghadapi persalinan, dan lebih banyak hal yang dipikirkan. Misalnya, apakah persalinan akan berjalan lancar, apakah penolong sabar dan bijaksana menolongnya, apakah dapat menahan rasa sakit saat melahirkan, apakah bayi yang lahir nanti normal dans eperti yang diharapkan, apakah dengan kehadiran anak ia sanggup memelihara, dan lain sebagainya yang menimbulkan kecemasan.
Bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan bersalin perlu diperhatikan agar ibu medapat ketenangan dan pengertian dalam menghadapi persalinan. Salah satu faktor yang membutuhkan bimbingan, yaitu adanya perubahan psikis yang terjadi pada saat akan bersalin dan selama proses persalinan, antara lain :
a.    Ibu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, misalnya, takut akan terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
b.    Ketakutan yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang sebelumny.
c.    Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa persalinan merupakan hal yang membahayakan.
d.   Perasaan gembira karena akan segera melihat wajah anak yang dinanti-nantikannya.
Ketegangan akan bertambah bila terdapat pengaruh negatif lain mengenai persalinan tersebut. pengaruh-pengaruh negatif tersebut dapat berasal dari kepercayaan akan takhayul; buku-buku, surat kabar yang telah dibaca, cerita kawan atau orang lain; dan juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya.
Oleh karena terjadi ketegangan-ketegangan seperti diatas, ibu menjadi cemas, gelisah, kadang-kadang sangat emosional, menjadi lekas marah, lekas tersinggung dan sebagainya.
Adanya perasaan yang negatif atau emosi yang berlebihan pada ibu, sebaiknya segera diatasi dengan memberikan bimbingan yang mengarahkan pada penerimaan anak, harapan untuk segera memiliki, dan menyaksikan wajah anak yang dinanti-nantikan. Hal ini dapat dibuat sebagai motif yang cukup kuat untuk memerangi perasaan-perasaan tersebut.
Bimbingan dan persiapan mental yang diberikan oleh penolong bertujuan agar ibu menerima prinsip bahwa persalinan bukanlah peristiwa yang menakutkan, melainkan peristiwa yang dapat diingat dalam lembaran hidup sebagai peristiwa yang indah dan menyenangkan.
Bantuan yang diberikan kepada ibu dalam bimbingan dan persiapan mental dijelaskan berikut ini
a.    Mengatasi perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan, dengan cara:
·    Memberikan pengertian kepada ibu tentang peristiwa persalinan
·    Menunjukkan kesediaan untuk menolong
·    Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan memohon bantuan kepada Tuhan, sesuai dengan agamanya.
b.    Berusaha menetramkan perasaan yang mencemaskan, dengan cara:
·      Dengan penjelasan yang bijaksana
·      Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu secara baik dan tidak menyinggung perasaan.
c.    Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya persalinan, misalnya :
·      Bahwa his yang mengakibatkan rasa sakit tersebut penting untuk membuka jalan lahir
·      Bahwa melahirkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his yang makin kuat, tetapi juga dengan cara yang baik.
d.   Ibu harus sering ditemani. Bila ibu sering ditemani, ia akan merasa mendapatkan bantuan moral karena ada orang lain yang simpati, ada orang lain yang memberi bantuan setiap saat diperlukan, dan mendengarkan segala keluhan penderita.
e.    Mengerti perasaan ibu. Penolong harus memberi simpati, memperlihatkan kesanggupan memberikan bantuan, dan kesanggupan membantu meringankan perasaan tidak nyaman, dan sebagainya. Jadi, penolong tidak boleh lekas tersinggung apabila ibu tidak menyenangkannya.
f.     Menarik perhatian ibu. Cara penolong manarik perhatian ibu adalah dengan memperlihatkan tingkah laku yang baik, bijaksana, halus, ramah, dan sopan.
g.    Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan.
h.    Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
i.      Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
j.      Menunjukkan sikap dewasa dan bertanggung jawab, dengan cara:
·    Setiap melakukan tindakan harus dipikirkan terlebih dahulu dengan matang.
·    Apabila menemui kesulitan dalam menjalankan tugasnya, maka harus dapat bertindak dengan cepat dan tepat.
·    Dalam memberikan pertolongan hendaknya penuh kesadaran dan penuh pengertian bahwa menolong ibu bersalin telah menjadi kewajibannya.
·    Bila ada kesulitan harus dihadapi dengan tenang, jangan gelisah atau menunjukkan kekhawatiran. Bila penolong gelisah, maka ibu akan lebih gelisahlagi karena tahu bahwa penolong pun mencemaskannya, dan sebaliknya.
·    Berusaha membesarkan kepercayaan atas keselamatan ibu menghadapi persalinan dengan memberikan petunjuk-petunjuk dan berusaha agar ibu mengkuti petunjuk-petunjuk tersebut.
E.        Penolong
Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan. Faktor penolong ini memegang peranan penting dalam membantu ibu bersalin karena memengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi.
1.        Peran Penolong dalam Persalinan
Ibu yang sedang hamil terutama pada trimester akhir akan didatangi mimpi-mimpi dan dibayangi hal-hal mengenai seperti apakah bayi yang akan lahir. Sebagian besar dari mereka akan mengalami kecemasan mengenai kesehatan bayinya. Selain itu, ibu juga dapat dilanda rasa takut akan melahirkan bayi yang tidak normal atau meninggal dunia. Perasaan-perasaan ini dapat membuat ibu menjadi stres berat. Hal ini menyebabkan beberapa calon ibu tidak berani membayangkan tentang persalinan karena khawatir kalau bayinya lahir tidak dalam keadaan sehat.
Adanya dukungan dari penolong akan mengurangi lamanya proses kelahiran, kecendrungan penggunaan obat-obatan penglihatan rasa nyeri akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif pervaginam, walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong tersebut merupakan pilihan ibu atau bukan.
Dalam menolong persalinan ibu bersalin memilih posisi persalinan sesuai dengan yang dikehendaki. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik (Setyorini, 2013)
2.        Syarat-syarat dan Kepribadian Petugas dalam Kamar Bersalin
Pada saat membantu persalinan, penolong persalinan harus mencuci tangan setelah pembukaan lengkap, kemudian memakai celemek, kacamata, alas kaki tertutup dan masker steril, serta sarung tangan steril atau DTT. Setelah itu, penolong harus berhati-hati agar badan atau tangannya tidak mengenai tempat tidur penderita atau benda-benda lain sehingga tidak steril. Sementara itu, pembantu penolong persalinan yang tidak memakai alat-alat steril bersiap membantu melayani penderita dan penolong. Demikianlah penolong dan pembantu harus sudah meniapkan diri sebelum memberikan pertolongan kelahiran anak.
Mengingat bahwa fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu  memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak, serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada pada keadaan petugas yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifikasi atau persyaratan bagi petugas yang bekerja dikamar bersalin dan petolong persalinan. Degan demikian, sesuai hal tersebut, persyaratan yang diperlukan adalah persyaratan kemampuan, keterampilan, dan kepribadian. Meningat bahwa jenis petugas dikamar bersalin berbeda-beda, maka walaupun persyaratan tersebut akan disesuaikan dengan jenis dangan jenis tingkatan petugas masing-masing, jenis tingkatan yang lebih tinggi akan dituntut dengan persyaratan khusus yang lebih tinggi.
3.        Kemampuan
Menurut psikologi, kemampuan disini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya tugas dikamar bersalin dan resiko yang akan dihadapi, maka para petugas dikamar bersalin dituntut untuk memiliki kemampuan yang cukup besar, yaitu individu-individu yang cepat berfikir, cepat menganalisis, cepat menginterpretasikan lambang-lambang, cepat menyusun konsep, dan lain-lain. Penolong persalinan dituntut untuk mampu mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi sepanjang proses persalinan, beberapa contohnya adalah:
a)    Meningkatnya lingkaran Bandl ( lingkaran retraksi patologis antara segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBRI).
b)   Ketuban pecah sebelum waktunya atau disertai bagian janin yang menumbung.
c)    Perubahan DJJ
d)   Pengeluaran mekonium pada letak kepala.
e)    Keadaan his yang bersifat patologis.
f)    Perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin.
Kemampuan yang harus dimiliki petugas kamar bersalin adalah kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas profesi dikamar bersalin. Oleh karena itu petugas kamar bersalin hendaknya dipilih dari tenaga-tenaga yang memiliki pendidikan kejuruan yang sesuai, yaitu kejuruan yang sesuai dalam perawatan umum dan perawatan kebidanan yang meliputi perawatan persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi.
Pengetahuan dan pengalaman tersebut diperoleh  dari pendidikan yang bersifat pengetahuan dan pengalaman praktik yang sebaiknya dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh setelah selesai pendidikan. Seseorang akan memperoleh kemampuan khusus yang lebih tinggi dengan cara mengembangkan pengetahuan dasar yang dimiliki melalui pengalaman kemampuan khusus yang optimal terjadi bila kemampuan umumnya cukup tinggi, demikianlah hubungan antara kemampuan umum dan kemampuan khusus.
4.        Keterampilan
Pekerjaan keperawatan atau kebidanan merupakan pekerjaan yang mengutamakan keterampilan tanpa mengesampingkan pengetahuan. Pekerjaan ini mencapai hasil yang maksimal apabila petugas yang mengerjakannya memiliki keterampilan yang cukup tinggi. Keterampilan atau skill yang tinggi diperoleh dengan adanya latihan, praktikum dalam pendidikan, serta pengalaman. Oleh karena itu, petugas yang bekerja dikamar bersalin adalah seseorang yang berpengalaman agar memiki keterampilan yang besar dalam segala perawatan, pertolongan, dan perawatan persalinan.
5.        Kepribadian
Kepribadian adalah kesatuan jasmani dan rohani dalam segala aspeknya, yan merupakan kumpulan yang bersifat dinamis yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan. Aspek-aspek penting yang berhubungan dengan tugas dikamar bersalin yaitu fisik, kematangan, mental, emosi, dan sikap.
a)    Fisik
Petugas yang dinas dikamar bersalin harus mempunyai fisik yang sehat dan kuat. Fisik yang sehat bukan saja penting bagi penderita, tetapi juga untuk kepentingan sendiri. Keadaan fisik juga harus kuat agar dapat tahan untuk bekerja dan tidak mudah lelah walaupun waktu bekerja cukup lama.
b)   Kematangan
Kematangan adalah sempurnannya fungsi organ jasmaniah dan fungsi psikologis. Kematangan tersebut dinyatakan dengan sikap kedewasaan, ketegasan, bertanggung jawab, dan berwibawa. Petugas harus menunjukan sikap kedewasaan dan kematangan tersebut untuk mendapatkan kepercayaan pasien.
c)    Mental
Keadaan mental yang kuat harus dimiliki oleh seorang petugas yang bekerja dikamar bersalin karena sewaktu-waktu harus menghadapi kejadian-kejadian yang mungkin timbul secara tiba-tiba. Petugas juga harus tidak mudah merasa takut, cemas, bingung, atau terpengaruh dengan keadaan penderita serta kemauan penderita. Selain itu, petugas juga harus tabah dan dapat membantu penderita yang mengalami perasaan tidak tenang dalam menghadapi persalinan. Dengan adanya ketenangan tersebut, persalinan diharapkan akan berjalan lancar.
d)   Emosi
Keadaan emosi yang stabil juga harus dimiliki oleh seorang petugas dalam kamar bersalin agar tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan, serta dapat mengendalikan perasaan yang berlebihan dan menguasai dirinya untuk tidak mudah tersinggung dan cepat marah.
e)    Sikap
Sikap yang dibicarakan disini adalah sikap dalam arti psikologis, yaitu reaksi yang dibentuk dan diwujudkan setiap individu dalam mendapatkan suatu tindakan. Sikap yang ditujukan oleh petugas hendaknya rasional dan sesuai dengan norma yang dikehendaki oleh masyarakat, khususnya penderita, yaitu sopan, sabar, ramah, tidak ragu-ragu, penuh perhatian, selalu bersedia membantu dan menolong, menemui penderita dengan sabar bagaimanapun keadaannya, serta menciptakan situasi dan hubungan yang baik.
Selain itu, petugas juga harus bisa memiliki sikap sosial dan profesional. Sikap sosial adalah reaksi sosial yang ditujukan pada penderita, orang-orang lain dalam ruang kamar bersalin, dan keluarga penderita sehingga keluarga dapat mempercayakan penderita kepada petugas. Sikap profesional adalah sikap terhadap profesinya dalam tugas dikamar bersalin.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005).
Passage atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir lunak yaitu: serviks, vagina dan rahim. Sedangkan jalan lahir lunak yaitu: tulang panggul.
Passenger (penumpang) terbagi atas tiga yaitu: janin, plasenta dan air ketuban. Janin merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar dan posisinya, plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia sejati pada saat kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya dan air ketubanmerupakan cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin amnion dan korion.
Psikologiadalah kondisi psikis seseorang yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya, diantaranya: perasaan senang, gembira, sedih dan kecewa.
Penolong persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan.

3.2    Saran
Diharapkan kepada setiap bidan agar mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam praktik kebidanan dalam masyarakat.
Untuk ibu hamil dan bersalin agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang memperngaruhi dalam proses persalinan agar komplikasi persalinan dan hal-hal yang dapat mempersulit proses persalinan dapat terhindarkan.




DAFTAR PUSTAKA
Sulastri. 2012. “PENGUKURAN KAPASITAS VITAL PARU IBU HAMIL TRIMESTER TIGA UNTUK MENENTUKAN POSISI PERSALINAN YANG EFEKTIF”. Jurnal Kesehatan. Vol : 5. No : 1. P.14-19.
Susilowati, Endang dan Astuti, Lisa Dwi. 2010. “GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUKA SEMARANG TAHUN 2009”. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa. Vol : 1. No : 1. P.1-6.
Yuliastanti, Triani dan Nurhidayati, Novita. 2013. “PENDAMPINGAN SUAMI DAN SKALA NYERI PADA PERSALINAN KALA I FASE AKTIF”. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol : 4. No : 1. P.1-14.
Sari, Desy Karlita dan Pantiawati, Ika. 2013. “PERBANDINGAN TEHNIK MASASE DAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA IBU BERSALIN PRIMIPARA DI KECAMATAN BREBES TAHUN 2013”. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol : 4. No : 1. P.1-15.
Ekayanthi, Iga Putri dan Agustini, Iga Ratih. 2014. “PENGARUH SENAM HAMIL TERHADAP DURASI PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DI KLINIK IBUNDA DENPASAR”. Jurnal Dunia Kesehatan. Vol : 3. No : 2. P.1-5.
Utama, Soeri dan Fajarsari, Dyah. 2011. “EFEKTIFITAS POSISI PERSALINAN Mc. ROBERT DAN POSISI LITHOTOMY PADA PROSES PERSALINAN KALA II PADA PRIMIPARA DI RSU BANYUMAS TAHUN 2009.” Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol :2. No : 1. P.1-7.
Mujab, Saeful dan Rusmiyati. 2014. “PENGARUH TEHNIK MENERAN TERHADAP LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA DI RUMAH BERSALIN SEMARANG”. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Aji, Fanny Sukma dan Wagiyo. 2014. “PENGARUH POSISI PERSALINAN ANTARA POSISI LATERAL DENGAN POSISI LITHOTOMY TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA II IBU PRIMIGRAVIDA DI RUMAH BERSALIN MARDI RAHAYU SEMARANG TAHUN 2014”. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. P.1-7.
Paat, Judita dan Suparman, Eddy. 2015. “PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI BLU RSUP PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO”. Jurnal e-Clinic (eCl). Vol : 3. No : 2. P.1-5.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. “ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR”. Malang : Erlangga.
Stenchever, Morton A dan Sorensen, Tanya. 1995. “PENATALAKSANAAN DALAM PERSALINAN”. Jakarta : Katalog Dalam Terbitan (KTD).



 

letakkan teks / gambr / video disini - See more at: http://www.seoterpadu.com/2015/01/7-cara-mempercantik-tampilan-blog.html#sthash.yQf8MGw9.dpuf