TUGAS MK ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERSALINAN
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 5
KELAS 2A D IV KEBIDANAN REGULER
1.
Cesilya
A. Lihawa
2.
Deysy
Irene Pieters
3.
Lisna Kadir
4.
Noer Wahyuni Hasan
5.
Yolanda Hasan
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
2015
– 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Millenium
Development Goals (MDGs) yang merupakan tujuan kelima untuk meningkatkan
kesehatan ibu.Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang keempat
adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
Tingginya
Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diIndonesia disebabkan
oleh adanyaperdarahan, eklamsia, aborsi tidak aman(unsafe abortion),
partus lama dan infeksi(Sadli, 2010). Partus lama disebabkan olehlima macam
faktor (kelainan 5P) yaitu:power (kekuatan yang mendorong janinkeluar), passenger
(kelainan janin itusendiri), passage (kelainan ukuran maupunbentuk
panggul/jalan lahir), psikologis ibubersalin dan penolong persalinan(Martaadisoebrata
dkk, 2013). Keseimbangan faktor 5P dapat membantu menciptakan persalinan normal
yangberjalan lancar. Gangguan pada faktor P dapat menyebabkan ibu mengalami
kesulitan persalinan (Bobak, 2004).
Oleh
karena itu fokus asuhan kebidanan pada ibu bersalin yaitu mencegah terjadinya
komplikasi selama persalinan agar ibu dan bayi selamat. Dalam hal ini bidan
berperan penting dalam proses persalinan agar dapat mengurangi rasa kesakitan
yang ibu rasakan.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah definisi dari persalinan?
2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
proses persalinan?
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan:
1.
Untuk mengetahui definisi dari
persalinan.
2.
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi proses persalinan.
1.4
Manfaat
1.
Bagi penyusun
Untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
proses persalinan.
2.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi perpustakaan yang berguna
untuk menambah wawasan mahasiswa kebidanan.
3.
Bagi Masyarakat
Sebagai
bahan informasi bagi ibuataupunmasyarakattentangfaktor-faktor
yang mempengaruhi proses persalinan.
a.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atautanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan
Normal, 2008). Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan: passage (jalan
lahir), power (kekuatan), passanger (janin), psikis (psikologis).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
A. Power
(Kekuatan)
Power adalah kekuatan
atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan
tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005). Kala I pada ibu bersalin membutuhkan
waktu 7–13 jam. Jika melebihi waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I
memanjang jika tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan partus lama.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan
fisiologis sistem pernapasan yang erat kaitannya dengan faktor power. Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan ibu
mengejan, passage: jalan lahir dan passanger: janin dan plasenta,
dari ketiga komponen tersebut hanya faktor power yang dapat dimanipulasi
dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Manuaba, 2010).
Kekuatan his atau kontraksi otot rahim
pada akhir kala I atau kala II mempunyai amplitudo 60 mmHg dengan interval 2–3
menit durasi 60-90 detik. Kekuatan his dan meneran mendorong janin kearah bawah
menimbulkan peregangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam dan
penurunan kepala, menekan serviks dimana terdapat pleksus frankenhauser sehingga
menimbulkan efek meneran. Kedua kekuatan menyebabkan kepala crowning dan
penipisan jalan lahir sehingga lahirlah kepala.
Menurut
Linda (2002), kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat
penting dalam proses persalinan. His dapat dipengaruhi oleh:
1) Faktor usia
relatif tua
2) Pimpinan
persalinan
3) Karena induksi
persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan
cemas
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
·
Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi
berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah
dalam bentuk gelombang. Istliah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi
involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi.
Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi
sehingga janin turun.
·
Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada
kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan
ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong
keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah
dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk
mendorong keluar dari uterus dan vagina.
B. Passage
(Jalan Lahir)
Faktor passage atau biasa disebut dengan jalan lahir
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir
keras.
1.
Jalan Lahir Lunak
Jalan lahir lunak terdiri dari
serviks, vagina, dan otot rahim
a. Serviks
Serviks akan makin matang mendekati
waktu persalinan. Selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang
serta lunak; dan pada saat mendekati persalinan, serviks masih lunak dengan
konsistensi seperti puding, mengalami sedikit penipisan (effacement), dan
kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada
individu wanita dan paritasnya. Adanya peningkatan intensitas Braxton Hicks
mengakibatkan perubahan serviks yang terjadi. Kematangan serviks memiliki
periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Hal ini mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan. Serviks pada ibu primigravida umumnya akan
mengalami penipisan sebesar 50-60% dan membuka selebar ujung jari sampai 1 cm
sebelum mencapai persalinan. Pembukaan ini terjadi akibat kontraksi Braxton
Hicks sebelum proses persalinan dimulai. Peristiwa awal pembukaan dan penipisan
inilah yang merupakan ciri-ciri dari kematangan serviks.
b. Vagina
Vagina bersifat elastis dan
berfungsi sebagai jalan lahir dalam persalinan normal.
c. Otot
Rahim
Otot
rahim tersusun dari tiga lapis, yang berasal dari kedua tanduk rahim, yaitu
longitudinal (memanjang), melingkar, dan miring. Segera setelah persalinan,
susunan otot rahim tersebut sedemikian rupa akan mengondisikan pembuluh darah
menutup untuk menghindari terjadinya perdarahan dari tempat implantasi
plasenta. Selain menyebabkan mulut rahim membuka secara pasif, kontraksi
dominan yang terjadi pada bagian fundus (bagian atas rahim) pada kala 1
persalinan juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan lahir
sehingga ikut aktif dalam membuka mulut rahim.
Bila
terdapat keadaan panggul dan janin yang normal serta kerjasama antara tiga
kekuatan his dan mengejan, passenger dan passage, hal ini berarti telah
terdapat keserasian untuk melahirkan janin secara spontan (dengan kekuatan
sendiri).
2.
Jalan Lahir Keras
Panggul
merupakan salah satu jalan lahir keras yang memiliki fungsi lebih dominan
daripada jalan lahir lunak. Oleh karena itu, janin harus berhasil menyesuaikan
diri terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
a. Tulang-Tulang
Panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas
3 buah tulang yaitu os coxae, os sacrum, dan os coccygis.
1)
Os Coxae (Tulang Innominata)
Terdiri atas dua buah tulang, yaitu
kiri dan kanan. Os coxae merupakan fusi dari os ilium, os ischium, dan os
pubis.
· Os
Ilium, ciri-ciri:
- Tulang
terbesar dari panggul, membentuk bagian atas dan belakang panggul
- Batas
atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista iliaca
- Ujung
depan dan belakang crista iliaca menonjol: spina iliaca anterior superior dan
spina iliaca posterior superior.
- Terdapat
tonjolan memanjang di bagian dalam tulang usus (os ilium) yang membagu pelvis
mayor dan pelvis minor disebut linea innominata (linea terminalis)
- Linea
terminalis merupakan bagian dari PAP
· Os
Ischium, ciri-ciri:
- Terdapat
di bagian bawah tulang usus.
- Bagian
pinggir belakangnya menonjol, disebut spina ischiadica
- Bagian
pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk
disebut tuber ischiadicum
· Os
Pubis, ciri-ciri:
- Terdapat
di sebelah bawah dan depan tulang usus
- Antara
tulang kemaluan dan tulang duduk dibatasi oleh foramen obturatum
- Tangkai
tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus dinamakan ramus superior
ossis pubis.
2)
Os Sacrum
Os sacrum berbentuk segitiga dengan
lebar di bagian atas dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang ini terletak
diantara kedua tulang pangkal paha yang memiliki karakteristik:
· Terdiri
dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat
· Permukaan
depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan dari kanan maupun kiri
· Di
kanan dan kiri, pada garis tengah terdapat lubang yang akan dilalui oleh saraf
foramina sacralia anterior
· Tulang
kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang ruas kelima
· Bagian
tulang kelangkang paling atas mempunyai tonjolan besar ke depan disebut
promontorium
· Ke
samping, tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui
articulatio sacroiliaca
· Ke
bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging (os coccygis)
3)
Os Coccygis
· Os
coccygis berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah dan bersatu
· Pada
saat persalinan, tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga memperluas
jalan lahir.
b. Ukuran
Panggul
Ukuran-ukuran panggul dapat
diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengukuran secara klinis, pemeriksaan
dengan Rontgen dan pelvis, serta pemeriksaan ultrasonografi.
c. Ciri
Khas Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari empat
bidang yaitu pintu atas panggul, bidang
terluas panggul, bidang tersempit panggul, dan pintu bawah panggul.
1)
Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul berbentuk
seperti bulatan oval dengan panjang ke samping dan dibatasi oleh:
· Promontorium
· Sayap
os sacrum
· Linea
terminalis kanan dan kiri
· Ramus
superior os pubis kanan dan kiri
· Pinggir
atas simpisis pubis
Pada
pintu atas panggul terdapat tiga ukuran penting yaitu:
· Conjugata
vera: panjang sekitar 11 cm, pengukurannya tidak bisa secara langsung.
Pengukurannya diperhitungkan melalui pengukuran conjugata diagonalis (CD).
Conjugata vera (CV)= CD-1,5 cm. Conjugata obstetrika: ukuran antara
promontorium dengan tonjolan simpisis
pubis
· Ukuran
melintang: jarak antara kedua linea terminalis (12,5 cm)
· Ukuran
oblik: jarak antara articulatio menuju tuberculum pubicum yang bertentangan.
Kedua ukuran ini tidak dapat diukur pada wanita yang masih hidup.
2)
Bidan Terluas Panggul
Ukuran muka belakangnya 12,75 cm
dan ukuran melintang 12,5 cm.
3)
Bidang Tersempit Panggul
Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan
ukuran melintang 10 cm.
4)
Pintu Bawah Panggul
Terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama, yaitu:
· Segitiga
depan dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi arcus pubis.
· Segitiga
belakang dasarnya tuber ischiadicum dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum
kanan dan kiri.
Beberapa
ukuran pintu bawah panggul yang penting adalah:
· Ukuran
muka belakang dari tepi bawah simpisis menuju ujung tulang belakang 11,5 cm
· Ukuran
melintang adalah jarak tuber ischiadicum kanan dan kiri sebesar 10,5 cm
· Diameter
sagitalis posterior dari ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran
melintang sebesar 7,5 cm.
d. Bentuk
Panggul
1)
Panggul Ginekoid
Panggul ginekoid adalah jenis yang
paling banyak. Dilihat dari bidang pintu atas panggul tampak berbentuk bulat
atau agak lonjong/elips. Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul
hanya sedikit lebih panjang dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh
daerah inlet merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin. Arkus pubis
lebar dan memungkinkan penempatan dua jari yang berdampingan tepat di bawah
simpisis. Dinding samping sejajar. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul
menyerupai silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai
bidang pintu bawah panggul.
2)
Panggul Android
Panggul android atau “mirip
laki-laki” lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Suatu panggul
android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit dengan ujung sacrum
menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Bila dilihat dari suatu
titik di atas panggul, bidang pintu atas panggul tampak seperti bentuk jantung.
Konfigurasi segmen anterior dan posterior ini membatasi volume panggul yang
terpakai. Tulang-tulang dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan
untuk penurunan kepala juga terbatas.
3)
Panggul Antropoid
Panggul antropoid memiliki suatu
bentuk oval yang jelas pada bidang pintu atas panggul dengan diameter
terpanjang adalah antero-posterior. Oleh karena itu segmen posterior panjang
dan sempit. “Engagement” harus terjadi dengan sumbu panjang kepala janin tegak
lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas panggul.
4)
Panggul Platipeloid
Suatu panggul platipeloid berbentuk
datar dengan tulang-tulang yang lembut. Jenis panggul ini paling jarang
dijumpai dari jumlahnya kurang dari 3% diantara pasien-pasien. Konfigurasi
panggul platipeloid pada pintu atas panggul lebih menyolok dimana menunjukkan
pemendekka yang mencolok dari diameter antero-posterior, sebaliknya diameter
transversalnya lebar. Dalam pemeriksaan ditemukan suatu konjugata yang pendek,
segmen posterior yang luas dan bila dilihat dari atas tampak mendatar dan
elips/lonjong.
e. Bidang
Hodge
Bidang
Hodge dipelajari untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun
dalam panggul dalam persalinan.
Bidang
Hodge I : bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan promontorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul
Bidang
Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi
bagian bawah simpisis
Bidang
Hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II, terletak
setinggi spina ischiadica kanan dan kiri. Pada referensi lain, bidang hodge III
ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm, disebut (-1) atau
sebaliknya.
Bidang
Hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, III, terletak
setinggi os coccygis.
C. Passenger
(Penumpang)
1.
Janin
Janin merupakan
passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena besar dan
posisinya. Bagian janin yang paling penting adalah kepala karena mempunyai
ukuran yang paling besar, sebesar 90% bayi di Indonesia dilahirkan dengan letak
kepala.
a. Postur
janin dalam rahim
Istilah-istilah yang dipakai untuk
menentukan kedudukan dalam rahim adalah sebagai berikut :
1)
Sikap (attitude atau habitus)
Menunjukkan
hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Bagian-bagian janin seperti kepala, tulang punggung, dan kaki,
umumnya berada dalam sikap fleksi, serta lengan bersilang dada. Hal ini
disebabkan oleh pola pertumbuhan janin dan penyesuaian janin terhadap bentuk
rongga.
Sikap
janin yang fisiologi adalah badan janin dalam keadaan kifosis sehingga punggung
menjadi konveks, kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat dada, lengan
bersilang di depan dada, tali pusat terletak diantara ekstremitas dan tungkai
terlipat pada lipat paha, serta lutut yang rapat pada badan. Sikap fisiologi
ini akan menghasilkan sikap fleksi, tetapi jika dagu menjauhi dada hingga
kepala menengadah dan tulang puggung berada dalam posisi lordosis, akan menghasilkan
sikap defleksi.
2)
Letak (Lie atau situs)
Bagaimana
sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu sering dikatakan sebagai letak
janin, misalnya letak lintang yaitu dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu
panjang ibu; letak ini dapat berupa letak kepala/letak sungsang. Frekuensi
situs memanjang adalah 99,6% (96% letak kepala; 3,6% letak bokong) dan 0,4%
letak lintang/miring. Letak janin dipengaruhi oleh struktur janin yang pertama
memasuki panggul ibu. Letak janin dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Letak
membujur (longitudinal)
· Letak
kepala: letak fleksi dan letak defleksi (letak puncak kepala, dahi, dan muka).
· Letak
sungsang/ letak bokong: letak bokong sempurna (complete breech), letak bokong
(frank breech), dan letak bokong tidak sempurna (incomplete breech).
b) Letak
lintang (transverse lie)
c) Letak
miring (oblique lie)
· Letak
kepala mengolak
· Letak
bokong mengolak
3)
Presentasi
Istilah
presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin yang masuk di bagian bawah
rahim. Presentasi ini dapat diketahui dengan cara palpasi atau pemeriksaan
dalam. Jika pada pemeriksaan didapatkan presentasi kepala, maka pada umumnya
bagian yang menjadi presentasi adalah oksiput. Sementara itu, jika pada
pemeriksaan didapatkan presentasi bokong, maka yang menjadi presentasi adalah
sakrum; sedangkan pada letak lintang, bagian yang menjadi presentasi adalah
skapula bahu. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut
adalah letak janin dan sikap janin (kepala janin fleksi atau ekstensi).
b. Posisi
janin
Untuk
menetapkan bagian janin yang berada dibagian bawah, indikator yang dapat
digunakan adalah posisi janin. Posisi janin dapat berada pada sebelah kanan,
kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Sebagai
contoh, letak belakang kepala (LBK), ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, dan UUK
kanan belakang.
Saat
melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin didapatkan dengan
menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu, sedangkan pada
pemeriksaan dalam, posisi janin didapatkan dengan menentukan salah satu bagian
janin yang terhadap jalan lahir, bagian yang terendah tersebut dinamakan
penunjuk. Penunjuk tersebut dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau kanan
dari ibu.
Pada
bagian terendah tersebut terdapat UUK untuk presentasi belakang kepala, UUB
untuk presentasi puncak kepala, dahi untuk presentasi bentuk dahi, dagu untuk
presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan akromiom skapula untuk
presentasi bahu (letak lintang).
c. Kelainan-kelainan
janin
1)
Kelainan bentuk
a) Hidrosefalus
Hidrosefalus
adalah salah satu kelainan bentuk yang terjadi pada kepala janin yang
disebabkan adanya penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga
kepala menjadi besar, serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
b) Pertumbuhan
janin yang berlebihan (Makrosemia).
Kelainan bentuk
berupa makrosemia, yaitu bila berat badannya melebihi dari 4000 gram.
c) Janin
kembar melekat (Double Monster).
Janin kembar
melekat adalah keadaan perlekatan antara dua janin pada kehamilan kembar.
2)
Kelainan presentasi
a) Presentasi
muka
Presentasi muka
merupakan merupakan salah satu kelainan presentasi dimana kepala dengan
defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggungdan muka terarah kebawah
(kaudal) terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat
di belakang.
b) Presentasi
dahi
Presentasi dahi
adalah presentasi dimana kedudukan kepala janin berada diantara fleksi
maksimal, sehingga dahi janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya,
presentasi dahi ini merupakan kedudukan janin yang bersifat sementara, sebagian
besar presentasi tersebut akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi
belakang kepala.
c) Presentasi
puncak kepala
Pada persalinan
normal, saat melewati jalan lahir, kepala janin berada dalam keadaan fleksi.
Pada umumnya, presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang
nantinya akan berubah menjadi presentasi belakang kepala.
3)
Kelainan letak
a) Letak
dahi
Letak dahi
merupakan salah satu kelainan letak janin dimana letak kepala janin berada
dalam defleksi yang sedang, sehingga dahi menjadi bagian yang terendah. Pada
umumnya, kelainan letak ini bersifat sementara dan seiring dengan majunya persalinan,
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak
sungsang
Letak sungsang
merupakan letak janin yang memanjang dengan bokong sebagai bagian yanf terendah
(presentasi bokong). Angka kejadiannya adalah ± 3% dari kehamilan.Letak sungsang
dapat dibagi menjadi :
· Letak
bokong murni (presentasi bokong murni = frank breech). Bokong saja yang menjadi
bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
· Letak
bokong kaki (preesntasi bokong kaki = complete breech). Letak bokong kaki
sempurna atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau kaki
saja.
· Letak
lutut (presentasi lutut). Bisa sempurna atau tidak sempurna.
· Letak
kaki (presentasi kaki = incomplete breech prensentation). Bisa sempurna atau
tidak sempurna.
c) Letak
lintang
Kelainan letak
ini adalah dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hampir tegak lurus pada
sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian terenda,
yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jiak punggung janin
terdapat didepan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang disebut
dorsoposterior.
d) Letak
majemuk
Letak majemuk
adalah letak dimana samping bagian terendah teraba anggota badan. Letak yang
tidak termasuk letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada letak bahu atau
adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang. Pada letak kepala dapat
terjadi tangan, lengan atau kai yang menumbung.
4)
Kelainan posisi
a) Posisi
oksipitalis posterior persisten.
Pada janin letak
kepala, umumnya ubun-ubun kecil akan memutar kedepan dengan sendirinya dan
janin dapat lahir secara spontan. Akan tetapi, terkadang ubun-ubun kecil tidak
berputar kedepan, namun tetap berada dibelakang. Untuk menghadapi persalinan
dengan ubun-ubun kecil terdapat dibelakang, penolong harus sabar karena rotasi
kedepan kadang-kadang baru terjadi saat berada didasar panggul.
2.
Plasenta
a. Peran
plasenta dalam kehamilan
Plasenta
merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas mamalia sejati pada saat
kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung antara ibu dan anaknya,
mengadakan sekresi endokrin, serta pertukarab selektif substasi yang dapat
larut dan terbawa darah melalui lapisan rahim dan bagia tropoblast yang
mengandung pembuluh-pembuluh darah, termasuk makanan untuk janin. Dengan
demikian, plasenta dapat disebut sebagai organ penting bagi janin karena
kelangsungan hidup dari janin bergantung pada plasenta.
b. Struktur
plasenta
1)
Bentuk dan ukuran
Pada
umumnya plasenta berbentuk bundar atau oval yang memilki diameter 15-20 cm, dan
berat 500-600 gram. Sementara itu, tali pusat yang menghubungkan plasenta
memiliki panjang 25-60 cm. bentuk plasenta akan sempurna pada minggu ke-16,
dimana desidua parietalis dan desidua kapsularis telah menjadi satu, serta
ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
2)
Letak plasenta dalam rahim
Letak
plasenta berada didepan atau belakang dinding uterus, agak keatas kearah fundus
uteri. Hal ini adalah fisiologi karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diperhatikan lebih
lanjut, dapat ditemukan bahwa plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar
bagian janin, yaitu villi chorialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil
dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
3)
Pembagian plasenta
a) Bagian
janin (fetal portion), terdiri atas korion frondosum dan villi.
b) Bagian
maternal (maternal portion), terdiri atas desidua kompakta yang berasal dari
beberapa lobus dan kotiledon sebanyak 15-20 buah. Bagian desidua basalis
plasenta yang telah matang disebut sebagai lempeng korionik atau basal, dimana
melalui tali pusat, sirkulasi uteroplasenta akan berjalan keruang-ruang intervili.
c) Tali
pusat merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin. Panjang
rata-rata tali pusat tersebut adalah 50-55 cm dan diameter sebesar jari (1-2,5
cm).
4)
Fungsi plasenta
5)
Plasenta sebagai tempat pertukaran zat
a) Pertukaran
zat pasif
· Filtrasi
: plasenta bekerja sebagai membran semipremeabel.
· Difusi
: molekul-moleku kecil melalui membran plasenta.
· Diapedese
: seperti eritrosit.
b) Transpor
aktif
· Diatur
oleh enzim
Beberapa zat dalam darah janin (seperti
asam amino, fosfat anorganik, vitamin-vitamin) memiliki konsentrasi yang lebih
tinggi daripada yang ada dalam darah ibu, tetpai zat-zat tersebut tetap dapat
mengalir kedalam darah janin.
· Pinocytose
Molekul-molekul yang besar, seperti
proyein, dikelilingi oleh penonjolan atau pencekungan dari sitoplasma.
6)
Plasenta penghasil hormon
7)
Plasenta penghasil enzim
a) Alkalin
fosfatase
b) Oksitosin
c) Protein
spesifik kehamilan.
8)
Plasenta sebagai barier
9)
Proses lepasnya plasenta dalam
persalinan
§ Tanda-tanda
lepasnya plasenta
a) Perubahan
tinggi fundus
b) Tali
pusat memanjang
c) Semburan
darah yang mendadak dan singkat.
§ Penyebab
terlepasnya plasenta
a) Ketika
bayi dilahirkan, ukuran rahim akan mengecilsecara tiba-tiba sehingga tempat perlekatan
plasenta juga akan mengecil. Proses pelepasan plasenta terjadi dalam startum
spongiosum yang memiliki banyak lubang. Jadi, faktor yang penting dalam
pelepasan plasenta adalah retraksi dan intensitas kontraksi otot-otot
rahimsetelah anak lahir.
b) Pada
tempat plasenta lepas akan terjadi perdarahan antara plasenta dan desisua
besar. Hematom yang dihasilkan ini membesar dan seolah-olah plasenta terangkat
dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
§ Cara
pengeluaran plasenta
a) Secara
schultze
Pelepasan
dimulai pada bagian tengah dari plasenta. Pada bagian ini terjadi hematoma
retroplancentair yang kemudian akan mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta
dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin.
Bagian plasentayang tampak dalam vulva ialah permukaan fetal, sedangkan
hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang berputar balik.
Pada
pelepasan plasenta secara schultze, tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir
atau minimal terlepas seluruhnya. Setelah plasenta terlepas seluruh atau lahir,
barulah darah sekonyong-konyong akan mengalir.
b) Secara
Duncan
Pelepasan
dimulai pada pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan
dinding rahim. Jadi, perdarahan yang terjadi sudah ada sejak sebagian dari
plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas.
Plasenta
dikeluarkan secara manual jika terjadi hal-hal seperti perdarahan lebih dari
400-500 cc, terjadi retensio plasenta, bersamaan dengan tindakan yang disertai
pembiusan, dan terdapat anamnesis perdarahan terus-menerus. Apabila sebagian
plasenta tertinggal, dapat menyebabkan puerperium yang berkepanjangan, bahaya
infeksi, terjadi polip plasenta. Dan degenerasi ganas menjadi koriokarsinoma.
10) Kelainan
plasenta dan asuhan kebidanan
1) Plasenta
previa
Plasenta previa
adalah suatu letak plasenta yang menutupi atau berada sangat dekat dengan
ostium uteri internum. Plasenta previa dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Plasenta
previa totalis : plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b) Plasenta
previa parsialis : plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.
c) Plasenta
previa marginalis : bagian tepi plasenta terletak dipinggir ostium uteri
internum.
d) Plasenta
letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi tepi dari
plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
2) Solusio
plasenta
Solusio plasenta
adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum waktunya, yaitu sebelum janin dilahirkan. Definidi ini berlaku pada
kehamilan dengan gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
3) Retensio
plasenta
Retensio
plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
3.
Air ketuban
Liquor
amnii yang sering juga disebut sebagai air ketuban merupakan cairan yang
mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin 9amnion dan korion).
a. Ciri-ciri
air ketuban
1)
Jumlah volume air ketuban pada kehamilan
cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
2)
Air ketuban berwarna putih keruh, berbau
amis, dan berasa manis.
3)
Reaksinya agak alkali atau netral,
dengan berat jenis 1,008.
4)
Komposisinya terdiri atas 98% air,
sisanya albumin, urea, asam urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa, dan garam-garam organik.
5)
Kadar protein kira-kira 2,6% g per
liter, terutama albumin.
6)
Asal air ketuban
Beberapa perkiraan mengenai asal
dari air ketuban, yaitu :
· Urin
janin (fetal urine).
· Transudasi
dari darah ibu.
· Sekresi
dari epitel amniom.
· Asal
campuran (mixed origin).
7)
Cara mengenali air ketuban
· Menggunakan
lakmus.
·
Secara makroskopis, air ketuban memiliki
karakteristik :
-
Bau amis : adanya lanugo, rambut, dan
verniks kaseosa.
-
Bercampur mekoneum.
·
Secara mikroskopis, pada air ketuban
dapat ditemukan lanugo dan rambut.
·
Laboratorium : kadar urea (ureum) rendah
dibandingkan dengan urin.
8)
Fungsi air ketuban
· Mencegah
perlekatan janin dengan amnion.
· Agar
janin dapat bergerak bebas.
· Regulasi
terhadap panas dan perubahan suhu.
· Untuk
menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum, yang kemudian
dikeluarkan melalui BAK janin.
· Meratakan
tekanan intra-uteri dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
· Sebagai
pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
9)
Waktu yang tepat untuk memecahkan ketuban
· Memecahkan
selaput ketuban menjelang pembukaan lengkap
· Memecahkan
ketuban saat pembukaan kecil
10) Penilaian
air ketuban
· Jumlah
air ketuban
Jumlah air ketuban sedikit
(oligohidramnion) sering terjadi pada saat kehamilan serotinus. Kontraksi otot
rahim akan menekan sirkulasi plasenta dan menimbulkan distres janin.
· Warna
air ketuban
Air ketuban yang normal berwarna
jernih, terdapat ferniks kaseosa. Air ketuban yang berwarna kuning, keruh,
sampai berwarna hijau meninjukkan janin pernah mengalami distres janin.
· Konsistensi
air ketuban
Air ketuban yang kental terdapat
pada kehamilan oligohidramnion atau serotinus. Keadaan air ketuban yang kental
akan sulit dibersihkan dan mengganggu saluran pernapasan.
D. Psikologis
Ibu
1.
Perubahan Psikologis Ibu Bersalin
Lancar atau tidaknya
proses persalinan banyak bergantung pada kondisi biologis, khususnya kondisi
wanita yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui bahwa hampir tidak
ada tingkah laku manusia (yang disadari) dan biologisnya yang tidak dipengaruhi
oleh proses psikis. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa membesarnya janin
dalam kandungan mengakibatkan ibu bersangkutan mudah lelah, badan tidak nyaman,
tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam bernapas, dan beban jasmania
lainnya saat menjalani proses kehamilan.
Pada ibu
bersalin terjadi beberapa perubahan psikolgis diantaranya:
a. Rasa
cemas pada bayinya yang akan lahir
b. Kesakitan
saat kontraksi dan nyeri
c. Ketakutan
saat melihat darah
Rasa takut dan
cemas yang dialami ibu akan berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang
baik, dan pembukaan yang kurang lancar. Menurut pitchard, dkk., perasaan akut
dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan
dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinannya lama. Apabila perasaan takut dan cemas yang dialami ibu
berlebihan, maka akn berujung pada stress.
Beberapa hal
yang dapat memengaruhi psikolgi ibu meliputi :
a. Melibatkan
psikologi ibu, emosi, dan persiapan intelektual
b. Pengalaman
bayi sebelumnya
c. Kebiasaan
adat
d. Hubungan
dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
Sikap negatif
yang mungkin muncul pada ibu menjelang proses persalinan adalah sebagai berikut
:
a. Persalinan
sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan
sebagai ancaman terhadap self-image
c. Medikasi
persalinan
d. Nyeri
persalinan dan kelahiran.
Oleh karena
banyak sekali perubahan yang dialami ibu bersalin, maka penolong persalinan
seperti bidan dituntut untuk melakukan asuhan sayang ibu. Pada asuhan sayang
ibu, penolong persalinan harus memberikan dukungan psikologis dengan cara
meyakinkan ibu bahwa persalinan merupakanproses yang normal, dan yakinkan bahwa
ibu dapat melaluinya. Penolong persalinan dapat mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal tersebut dapat menunjukkan
bahwa ibu mendapat perhatian lebih dari diberi dukungan selama persalinan dan
kelahiran bayi oleh suami dan keluarga.
2.
Pengaruh Psikologis Terhadap Proses
Persalinan
Perubahan psikologi ibu yang muncul
pada saat memasuki masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun
cemas, terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai bayangan
mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilannya. Oleh
sebab itu, penting sekali untuk mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut
akan menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot seviksnya dan akan
mengganggu pembukannya. Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu
lekas lelah.
Pada fase persalinan juga terjadi
peningkatan kecemasan, dengan makin meningkatnya kecemasan akan makin
meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara cama dan nyeri, serta
sebalinya merupakan hubungan yang berkorelasi positif yang menurut Caceres dan
Burns (1997) mempunyai pola hubungan seperti spiral yang ujungya membesar. Dengan
makin majunya proses persalinan, perasaan ibu hamil akan makin cemas dan rasa
cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, ddemikian pula
sebaliknya.
Sensasi nyeri yang dialami ibu
bersalin berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot rahim berkontraksi
dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim keluar. Menurut
Grantly Dick Reed(1933) seseorang pelopor metode natural Childbirth (persalinan
alamiah), penyabab nyeri persalinan adalah suatu fear-tension pain syndrome, yaitu sensasi yang timbul akibat
kontraksi otot rahim bagian bawah,, yang dipersepsi ibu bersalin sebagai nyeri.
Menurut beliau persalinan itu sendiri sebenarnya tidak mengandung komponen yang
menimbulkan nyeri seperti pada trauma, permulukaan jaringan, dan adnaya serabut
sensori pembawa sensasi nyeri. Jadi, menurut beliau, nyeri yang timbul
disebabkan oleh ketegangan mental akibat rasa takut. Perasaan nyaman dan tenang
ibu pada masa persalinan dapat diperoleh dari dukungan suami,keluarga, penolong
persalinan, dan lingkungan. Persaan ini dapat membantu ibu untuk mempermudah
prses persalinan.
3.
Bimbingan dan Persiapan Mental Ibu dalam
Persalinan
Pada proses
bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan melahirkan, terdapat beberapa hal
yang perlu diingat, yaitu sebagai berikut:
a. Bahwa
ibu akan menghadapi persalinan, terutama ibu yang baru pertama kali akan
melahirkan akan sering mengalami perasaan tidak tenang, takut, dan ragu-ragu
akan persalinan yang dihadapinya.
b. Bahwa
kehamilan dan persalinan dirasakan sebagai cobaan atau ujian, walaupun ibu bersedia menerima dan mnegaharapkan
kehadiran anaknya.
c. Bahwa
ibu akan lebih gelisah, cemas saat menghadapi persalinan, dan lebih banyak hal
yang dipikirkan. Misalnya, apakah persalinan akan berjalan lancar, apakah
penolong sabar dan bijaksana menolongnya, apakah dapat menahan rasa sakit saat
melahirkan, apakah bayi yang lahir nanti normal dans eperti yang diharapkan,
apakah dengan kehadiran anak ia sanggup memelihara, dan lain sebagainya yang
menimbulkan kecemasan.
Bimbingan dan persiapan mental ibu yang akan
bersalin perlu diperhatikan agar ibu medapat ketenangan dan pengertian dalam
menghadapi persalinan. Salah satu faktor yang membutuhkan bimbingan, yaitu
adanya perubahan psikis yang terjadi pada saat akan bersalin dan selama proses
persalinan, antara lain :
a. Ibu
merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, misalnya, takut akan
terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan dan takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya.
b. Ketakutan
yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya, misalnya mengalami
kesulitan pada persalinan yang sebelumny.
c. Ketakutan
karena anggapannya sendiri bahwa persalinan merupakan hal yang membahayakan.
d. Perasaan
gembira karena akan segera melihat wajah anak yang dinanti-nantikannya.
Ketegangan akan
bertambah bila terdapat pengaruh negatif lain mengenai persalinan tersebut.
pengaruh-pengaruh negatif tersebut dapat berasal dari kepercayaan akan
takhayul; buku-buku, surat kabar yang telah dibaca, cerita kawan atau orang
lain; dan juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga dan lain
sebagainya.
Oleh karena
terjadi ketegangan-ketegangan seperti diatas, ibu menjadi cemas, gelisah,
kadang-kadang sangat emosional, menjadi lekas marah, lekas tersinggung dan
sebagainya.
Adanya perasaan
yang negatif atau emosi yang berlebihan pada ibu, sebaiknya segera diatasi
dengan memberikan bimbingan yang mengarahkan pada penerimaan anak, harapan
untuk segera memiliki, dan menyaksikan wajah anak yang dinanti-nantikan. Hal
ini dapat dibuat sebagai motif yang cukup kuat untuk memerangi
perasaan-perasaan tersebut.
Bimbingan dan
persiapan mental yang diberikan oleh penolong bertujuan agar ibu menerima
prinsip bahwa persalinan bukanlah peristiwa yang menakutkan, melainkan
peristiwa yang dapat diingat dalam lembaran hidup sebagai peristiwa yang indah
dan menyenangkan.
Bantuan yang
diberikan kepada ibu dalam bimbingan dan persiapan mental dijelaskan berikut
ini
a. Mengatasi
perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan, dengan cara:
· Memberikan
pengertian kepada ibu tentang peristiwa persalinan
· Menunjukkan
kesediaan untuk menolong
· Mengajak
ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan memohon bantuan kepada Tuhan, sesuai
dengan agamanya.
b. Berusaha
menetramkan perasaan yang mencemaskan, dengan cara:
· Dengan
penjelasan yang bijaksana
· Dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu secara baik dan tidak menyinggung perasaan.
c. Memberi
gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya persalinan, misalnya :
· Bahwa
his yang mengakibatkan rasa sakit tersebut penting untuk membuka jalan lahir
· Bahwa
melahirkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his yang makin kuat, tetapi
juga dengan cara yang baik.
d. Ibu
harus sering ditemani. Bila ibu sering ditemani, ia akan merasa mendapatkan
bantuan moral karena ada orang lain yang simpati, ada orang lain yang memberi
bantuan setiap saat diperlukan, dan mendengarkan segala keluhan penderita.
e. Mengerti
perasaan ibu. Penolong harus memberi simpati, memperlihatkan kesanggupan
memberikan bantuan, dan kesanggupan membantu meringankan perasaan tidak nyaman,
dan sebagainya. Jadi, penolong tidak boleh lekas tersinggung apabila ibu tidak
menyenangkannya.
f. Menarik
perhatian ibu. Cara penolong manarik perhatian ibu adalah dengan memperlihatkan
tingkah laku yang baik, bijaksana, halus, ramah, dan sopan.
g. Membantu
pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses
persalinan.
h. Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
i. Membantu
memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
j. Menunjukkan
sikap dewasa dan bertanggung jawab, dengan cara:
· Setiap
melakukan tindakan harus dipikirkan terlebih dahulu dengan matang.
· Apabila
menemui kesulitan dalam menjalankan tugasnya, maka harus dapat bertindak dengan
cepat dan tepat.
· Dalam
memberikan pertolongan hendaknya penuh kesadaran dan penuh pengertian bahwa
menolong ibu bersalin telah menjadi kewajibannya.
· Bila
ada kesulitan harus dihadapi dengan tenang, jangan gelisah atau menunjukkan
kekhawatiran. Bila penolong gelisah, maka ibu akan lebih gelisahlagi karena
tahu bahwa penolong pun mencemaskannya, dan sebaliknya.
· Berusaha
membesarkan kepercayaan atas keselamatan ibu menghadapi persalinan dengan
memberikan petunjuk-petunjuk dan berusaha agar ibu mengkuti petunjuk-petunjuk
tersebut.
E.
Penolong
Penolong
persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu
untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan. Faktor penolong ini
memegang peranan penting dalam membantu ibu bersalin karena memengaruhi
kelangsungan hidup ibu dan bayi.
1.
Peran Penolong dalam Persalinan
Ibu yang sedang hamil terutama pada trimester akhir
akan didatangi mimpi-mimpi dan dibayangi hal-hal mengenai seperti apakah bayi
yang akan lahir. Sebagian besar dari mereka akan mengalami kecemasan mengenai
kesehatan bayinya. Selain itu, ibu juga dapat dilanda rasa takut akan
melahirkan bayi yang tidak normal atau meninggal dunia. Perasaan-perasaan ini
dapat membuat ibu menjadi stres berat. Hal ini menyebabkan beberapa calon ibu
tidak berani membayangkan tentang persalinan karena khawatir kalau bayinya
lahir tidak dalam keadaan sehat.
Adanya dukungan dari penolong akan mengurangi
lamanya proses kelahiran, kecendrungan penggunaan obat-obatan penglihatan rasa
nyeri akan berkurang, dan menurunkan kejadian kelahiran operatif pervaginam,
walaupun tanpa menghiraukan apakah penolong tersebut merupakan pilihan ibu atau
bukan.
Dalam menolong persalinan ibu bersalin memilih
posisi persalinan sesuai dengan yang dikehendaki. Bantu ibu untuk memperoleh
posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama
kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi
meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik (Setyorini,
2013)
2.
Syarat-syarat dan Kepribadian Petugas dalam
Kamar Bersalin
Pada saat membantu persalinan, penolong persalinan
harus mencuci tangan setelah pembukaan lengkap, kemudian memakai celemek,
kacamata, alas kaki tertutup dan masker steril, serta sarung tangan steril atau
DTT. Setelah itu, penolong harus berhati-hati agar badan atau tangannya tidak
mengenai tempat tidur penderita atau benda-benda lain sehingga tidak steril.
Sementara itu, pembantu penolong persalinan yang tidak memakai alat-alat steril
bersiap membantu melayani penderita dan penolong. Demikianlah penolong dan
pembantu harus sudah meniapkan diri sebelum memberikan pertolongan kelahiran
anak.
Mengingat bahwa
fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu
memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak, serta
kesuksesan pertolongan tersebut sebagian bergantung pada pada keadaan petugas
yang menolongnya, maka sangat penting untuk diadakan kualifikasi atau
persyaratan bagi petugas yang bekerja dikamar bersalin dan petolong persalinan.
Degan demikian, sesuai hal tersebut, persyaratan yang diperlukan adalah
persyaratan kemampuan, keterampilan, dan kepribadian. Meningat bahwa jenis
petugas dikamar bersalin berbeda-beda, maka walaupun persyaratan tersebut akan
disesuaikan dengan jenis dangan jenis tingkatan petugas masing-masing, jenis
tingkatan yang lebih tinggi akan dituntut dengan persyaratan khusus yang lebih
tinggi.
3.
Kemampuan
Menurut
psikologi, kemampuan disini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya
tugas dikamar bersalin dan resiko yang akan dihadapi, maka para petugas dikamar
bersalin dituntut untuk memiliki kemampuan yang cukup besar, yaitu
individu-individu yang cepat berfikir, cepat menganalisis, cepat
menginterpretasikan lambang-lambang, cepat menyusun konsep, dan lain-lain.
Penolong persalinan dituntut untuk mampu mengatasi masalah-masalah yang mungkin
terjadi sepanjang proses persalinan, beberapa contohnya adalah:
a) Meningkatnya
lingkaran Bandl ( lingkaran retraksi patologis antara segmen atas rahim (SAR)
dan segmen bawah rahim (SBRI).
b) Ketuban
pecah sebelum waktunya atau disertai bagian janin yang menumbung.
c) Perubahan
DJJ
d) Pengeluaran
mekonium pada letak kepala.
e) Keadaan
his yang bersifat patologis.
f) Perubahan
posisi atau penurunan bagian terendah janin.
Kemampuan yang
harus dimiliki petugas kamar bersalin adalah kemampuan untuk menjalankan
tugas-tugas profesi dikamar bersalin. Oleh karena itu petugas kamar bersalin
hendaknya dipilih dari tenaga-tenaga yang memiliki pendidikan kejuruan yang
sesuai, yaitu kejuruan yang sesuai dalam perawatan umum dan perawatan kebidanan
yang meliputi perawatan persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi.
Pengetahuan dan
pengalaman tersebut diperoleh dari
pendidikan yang bersifat pengetahuan dan pengalaman praktik yang sebaiknya
dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh setelah selesai pendidikan.
Seseorang akan memperoleh kemampuan khusus yang lebih tinggi dengan cara
mengembangkan pengetahuan dasar yang dimiliki melalui pengalaman kemampuan
khusus yang optimal terjadi bila kemampuan umumnya cukup tinggi, demikianlah
hubungan antara kemampuan umum dan kemampuan khusus.
4.
Keterampilan
Pekerjaan
keperawatan atau kebidanan merupakan pekerjaan yang mengutamakan keterampilan
tanpa mengesampingkan pengetahuan. Pekerjaan ini mencapai hasil yang maksimal
apabila petugas yang mengerjakannya memiliki keterampilan yang cukup tinggi.
Keterampilan atau skill yang tinggi
diperoleh dengan adanya latihan, praktikum dalam pendidikan, serta pengalaman.
Oleh karena itu, petugas yang bekerja dikamar bersalin adalah seseorang yang
berpengalaman agar memiki keterampilan yang besar dalam segala perawatan,
pertolongan, dan perawatan persalinan.
5.
Kepribadian
Kepribadian
adalah kesatuan jasmani dan rohani dalam segala aspeknya, yan merupakan kumpulan
yang bersifat dinamis yang selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan.
Aspek-aspek penting yang berhubungan dengan tugas dikamar bersalin yaitu fisik,
kematangan, mental, emosi, dan sikap.
a) Fisik
Petugas yang dinas dikamar bersalin
harus mempunyai fisik yang sehat dan kuat. Fisik yang sehat bukan saja penting
bagi penderita, tetapi juga untuk kepentingan sendiri. Keadaan fisik juga harus
kuat agar dapat tahan untuk bekerja dan tidak mudah lelah walaupun waktu
bekerja cukup lama.
b) Kematangan
Kematangan adalah sempurnannya
fungsi organ jasmaniah dan fungsi psikologis. Kematangan tersebut dinyatakan
dengan sikap kedewasaan, ketegasan, bertanggung jawab, dan berwibawa. Petugas
harus menunjukan sikap kedewasaan dan kematangan tersebut untuk mendapatkan
kepercayaan pasien.
c) Mental
Keadaan mental yang kuat harus
dimiliki oleh seorang petugas yang bekerja dikamar bersalin karena
sewaktu-waktu harus menghadapi kejadian-kejadian yang mungkin timbul secara
tiba-tiba. Petugas juga harus tidak mudah merasa takut, cemas, bingung, atau
terpengaruh dengan keadaan penderita serta kemauan penderita. Selain itu,
petugas juga harus tabah dan dapat membantu penderita yang mengalami perasaan
tidak tenang dalam menghadapi persalinan. Dengan adanya ketenangan tersebut,
persalinan diharapkan akan berjalan lancar.
d) Emosi
Keadaan emosi yang stabil juga
harus dimiliki oleh seorang petugas dalam kamar bersalin agar tidak mudah
dipengaruhi oleh keadaan, serta dapat mengendalikan perasaan yang berlebihan
dan menguasai dirinya untuk tidak mudah tersinggung dan cepat marah.
e) Sikap
Sikap
yang dibicarakan disini adalah sikap dalam arti psikologis, yaitu reaksi yang
dibentuk dan diwujudkan setiap individu dalam mendapatkan suatu tindakan. Sikap
yang ditujukan oleh petugas hendaknya rasional dan sesuai dengan norma yang
dikehendaki oleh masyarakat, khususnya penderita, yaitu sopan, sabar, ramah,
tidak ragu-ragu, penuh perhatian, selalu bersedia membantu dan menolong,
menemui penderita dengan sabar bagaimanapun keadaannya, serta menciptakan
situasi dan hubungan yang baik.
Selain
itu, petugas juga harus bisa memiliki sikap sosial dan profesional. Sikap
sosial adalah reaksi sosial yang ditujukan pada penderita, orang-orang lain
dalam ruang kamar bersalin, dan keluarga penderita sehingga keluarga dapat
mempercayakan penderita kepada petugas. Sikap profesional adalah sikap terhadap
profesinya dalam tugas dikamar bersalin.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Power
adalah
kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Manuaba, 2005).
Passage
atau biasa disebut dengan jalan lahir diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Jalan lahir lunak yaitu: serviks,
vagina dan rahim. Sedangkan jalan lahir lunak yaitu: tulang panggul.
Passenger
(penumpang) terbagi atas tiga yaitu: janin, plasenta dan air ketuban. Janin
merupakan passenger utama dan dapat memengaruhi jalannya persalinan karena
besar dan posisinya, plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri
khas mamalia sejati pada saat kehamilan, berfungsi sebagai jalur penghubung
antara ibu dan anaknya dan air ketubanmerupakan cairan yang mengisi ruangan yang
dilapisi oleh selaput janin amnion dan korion.
Psikologiadalah
kondisi psikis seseorang yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya, diantaranya:
perasaan senang, gembira, sedih dan kecewa.
Penolong
persalinan adalah seorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu
untuk membantu ibu dalam menjalankan proses persalinan.
3.2
Saran
Diharapkan
kepada setiap bidan agar mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
proses persalinan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam
praktik kebidanan dalam masyarakat.
Untuk
ibu hamil dan bersalin agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang
memperngaruhi dalam proses persalinan agar komplikasi persalinan dan hal-hal
yang dapat mempersulit proses persalinan dapat terhindarkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sulastri.
2012. “PENGUKURAN KAPASITAS VITAL PARU IBU HAMIL TRIMESTER TIGA UNTUK
MENENTUKAN POSISI PERSALINAN YANG EFEKTIF”. Jurnal Kesehatan. Vol : 5.
No : 1. P.14-19.
Susilowati,
Endang dan Astuti, Lisa Dwi. 2010. “GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUKA SEMARANG TAHUN 2009”.
Jurnal Kebidanan Panti Wilasa. Vol : 1. No : 1. P.1-6.
Yuliastanti,
Triani dan Nurhidayati, Novita. 2013. “PENDAMPINGAN SUAMI DAN SKALA NYERI PADA
PERSALINAN KALA I FASE AKTIF”. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol : 4. No :
1. P.1-14.
Sari,
Desy Karlita dan Pantiawati, Ika. 2013. “PERBANDINGAN TEHNIK MASASE DAN TERAPI MUSIK
TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA IBU BERSALIN PRIMIPARA DI KECAMATAN BREBES
TAHUN 2013”. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol : 4. No : 1. P.1-15.
Ekayanthi,
Iga Putri dan Agustini, Iga Ratih. 2014. “PENGARUH SENAM HAMIL TERHADAP DURASI
PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DI KLINIK IBUNDA DENPASAR”. Jurnal Dunia
Kesehatan. Vol : 3. No : 2. P.1-5.
Utama,
Soeri dan Fajarsari, Dyah. 2011. “EFEKTIFITAS POSISI PERSALINAN Mc. ROBERT
DAN POSISI LITHOTOMY PADA PROSES PERSALINAN KALA II PADA PRIMIPARA DI RSU
BANYUMAS TAHUN 2009.” Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol :2. No : 1. P.1-7.
Mujab,
Saeful dan Rusmiyati. 2014. “PENGARUH TEHNIK MENERAN TERHADAP LASERASI
JALAN LAHIR PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA DI RUMAH BERSALIN SEMARANG”.
Jurnal Ilmu Keperawatan.
Aji,
Fanny Sukma dan Wagiyo. 2014. “PENGARUH POSISI PERSALINAN ANTARA POSISI
LATERAL DENGAN POSISI LITHOTOMY TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA II IBU
PRIMIGRAVIDA DI RUMAH BERSALIN MARDI RAHAYU SEMARANG TAHUN 2014”. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. P.1-7.
Paat,
Judita dan Suparman, Eddy. 2015. “PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN
OBSTETRI GINEKOLOGI BLU RSUP PROF.DR.R.D. KANDOU MANADO”. Jurnal
e-Clinic (eCl). Vol : 3. No : 2. P.1-5.
Sondakh,
Jenny J.S. 2013. “ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR”. Malang :
Erlangga.
Stenchever,
Morton A dan Sorensen, Tanya. 1995. “PENATALAKSANAAN DALAM PERSALINAN”.
Jakarta : Katalog Dalam Terbitan (KTD).
- See more at: http://www.seoterpadu.com/2015/01/7-cara-mempercantik-tampilan-blog.html#sthash.yQf8MGw9.dpuf
Agar Bunda lebih siap dan tenang dalam menghadapi persalinan, ada baiknya membekali diri dengan pengetahuan seputar tahapan dalam proses persalinan normal. Hal yang terpenting agar proses persalinan bisa berlangsung secara normal adalah dengan menjaga kondisi kesehatan ibu dan juga bayi yang masih didalam kandungan.
BalasHapusAku pengen nanya klo lahirang lewat sectio saesarea itu trmasuk k faktor yang mana??
BalasHapus